EDISI APRESIASI PUISI KONTEMPORER @ MAHMUD HIDAYAT *COLONNES SANS FIN* SUTARDJI CALZOUM BACHRI

Tiang tanpa akhir tanpa apa di atasnya tiang tanpa topang tanpa apa di atasku tiang tanpa akhir tanpa duka lukaku tiang tanpa siang tanpa malam tanpa waktu tiang tanpa akhir menuju ke mana kau dan aku yang langit koyak yang surga tumpah karena tinggi tikammu luka terhenyak neraka semakin galak dalam botolmu tiang tanpa akhir ah betapa kecilnya kau jauh di bawah kakiku Tiang (tonggak) adalah “kiasan sesuatu yag menjadi pokok kekuatan, penghidupan, dsb.” (KBBI, 2014: 1459). Dikatakan dalam puisi tersebut bahwa pokok kekuatan (penghidupan, dsb.) itu _tanpa akhir_ (“Colonnes Sans Fin”), tanpa ujung, tidak berkesudahan atau berpenghabisan sehingga tidak terlihat apa yang ada di atasnya ( _tanpa apa di atasnya_ ) dan tidak tahu rahasia apa yang ada di dalamnya. Akan tetapi, penghidupan ( _tiang_ ) tanpa fungsi penyokong atau penunjang ( _topang_ ) kehidupan akan membuat aku kehilangan harapan atau tujuan hidup ( _tanpa apa di atasku_ ) sehingga tidak ada lagi _...

DANARTO

*DANARTO*
ORANG mengenal namanya lewat kumpulan Cerpen Godlob, Adam Ma'rifar, dan Gergaji. Cerpen-cerpennya tampak unik, mistis, dan menyentak kesadaran relijius. Terutama untuk cerpen berjudul _Rintrik_, bila ditafsir sekilas, dan oleh para penafsir terkini, akan dipandang Danarto telah menghina Tuhan.

Rintrik adalah seorang putri yang ingin benar-benar mengenal Tuhan, karena selama ini Tuhan yang ia ketahui, hanya dari doktrin. Sampai akhirnya ia merancang sebuah siasat. Ia telanjang bulat, baik kuda putih, dan orang-orang merubung karena ingin melihat keindahan putri itu. Namun ketika rakyat sudah mengerubung, hujan panah segera tiba. Rakyat semua binasa. Tapi Tuhan yang dihina itu, tak kunjung datang.

Pada akhirnya, Danarto bukan sekadar seorang cerpenis, dia adalah penulis esai yang bagus, menulis puisi juga bagus, membuat ilustrasi dan -drawing_ yang bagus, karena ia lulusan Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) Yogyakarta. Di Jakarta yang selalu ramai dan saling sikut, Danarto adalah oase yang memberi segenggar air tawar di gurun tandus. Seperti juga Sutradji Calzoum Bachri, Danarto adalah orang tua yang selalu memberi motivasi, dan membesarkan hati.

*Sastrawan Danarto Meninggal Dunia*

(Jakarta)
Sastrawan Indonesia Danarto akhirnya meninggal dunia, pada Selasa 10 April 2018, pukul 20.54 WIB. Penulis cerpen dan novel fenomenal dalam sejarah sastra Indonesia ini, sebelumnya mengalami kecelakaan di daerah Kampung Utan, Ciputat. Ia tertabrak sepeda motor ketika menyebrang menuju kantor bank, sekitar pukul 13.30 WIB.

Dari lokasi kecelakaan, Danarto sempat dibawa ke RS UIN Syarief Hidayatullah sebelum akhirnya dirujuk ke RS Fatmawati, sebab
Danarto mengalami luka parah di bagian kepala.

Saat ditangani di UGD RS Fatmawati, sejumlah sastrawan nampak berkumpul, antara lain Uki Bayu Sejati, Teguh Wijaya, Radhar Panca Dahana, Noorca Massardi, Chavchay Syaifullah, Heryus Saputro, Bambang Prihadi, dan Amien Kamil. Mereka menemani detik-detik terakhir kepergian sastrawan yang karib dengan sufisme.

Semasa hidupnya beliau telah menulis sejumlah buku sastra yang fenomenal, antara lain: Godlob, Asamaraloka, Adam Makrifat, dan Orang Jawa Naik Haji.

Rencana jenazah akan dimakamkan di Sragen, Jawa Tengah.

Selamat jalan, Pak Danarto!

Komentar