EDISI APRESIASI PUISI KONTEMPORER @ MAHMUD HIDAYAT *COLONNES SANS FIN* SUTARDJI CALZOUM BACHRI

Tiang tanpa akhir tanpa apa di atasnya
tiang tanpa topang tanpa apa di atasku
tiang tanpa akhir tanpa duka lukaku
tiang tanpa siang tanpa malam tanpa waktu

tiang tanpa akhir menuju ke mana kau dan aku
yang langit koyak yang surga tumpah karena tinggi tikammu
luka terhenyak neraka semakin galak dalam botolmu
tiang tanpa akhir ah betapa kecilnya kau jauh di bawah kakiku

Tiang (tonggak) adalah “kiasan sesuatu yag menjadi pokok kekuatan, penghidupan, dsb.” (KBBI, 2014: 1459). Dikatakan dalam puisi tersebut bahwa pokok kekuatan (penghidupan, dsb.) itu _tanpa akhir_ (“Colonnes Sans Fin”), tanpa ujung, tidak berkesudahan atau berpenghabisan sehingga tidak terlihat apa yang ada di atasnya ( _tanpa apa di atasnya_ ) dan tidak tahu rahasia apa yang ada di dalamnya. Akan tetapi, penghidupan ( _tiang_ ) tanpa fungsi penyokong atau penunjang ( _topang_ ) kehidupan akan membuat aku kehilangan harapan atau tujuan hidup ( _tanpa apa di atasku_ ) sehingga tidak ada lagi _duka laraku_ (kecewa atau putus asa karena tidak tercapai tujuannya) dan tidak perlu lagi waktu (kesempatan) bagi aku ( _tanpa siang tanpa malam tanpa waktu_ ) untuk melakukan sesuatu kembali dengan alasan apa pun.

Penghidupan yang tidak ada batas dan tidak ada akhir ( _tiang tanpa akhir_ , “Colonnes Sans Fin”) dan tidak tahu rahasia apa yang ada di atasnya ( _tanpa apa di atasnya_ ) menjadikan manusia ( _kau dan aku_ ) bingung dengan tujuan akhir hidupnya ( _menuju ke mana_ ) atau ke _langit_ yang mana. _Langit_ (ruang luas dan tidak terbatas yang terbentang di atas bumi) diciptakan Tuhan sebagai atap yang terpelihara dari keruntuhannya dan terjaga dari intipan dan injakan setan-setan (Q.S Al-Anbiya: 32). Dalam puisi tersebut, dinyatakan _yang_ (disebut) _langit_ dinyatakan _koyak_, sobek, robek, atau terbuka sehingga para setan berkesempatan memasuki langit dan menemukan rahasia di dalamnya. _Yang_ disebut _Surga_ (alam akhirat yang membahagiakan roh manusia yang hendak tinggal di dalamnya (dalam keabadian) (KBBI, 2014: 1361)) telah _tumpah_, penghuni-penghuni surga tercurah keluar dari tempatnya. Pintu surga ditutup bagi roh manusia _karena tinggi tusukanmu_, terbunuhnya sifat kodrati manusia atau terlalu banyaknya dosa dan kesalahan yang dilakukan manusia. _Yang_ disebut _luka_ (rasa sakit hati atau perasaan) _terhenyak_, kaget dan tidak berdaya ( _terhenyak_ ) dibuatnya. _Neraka_ (alam akhirat tempat orang kafir dan orang durhaka mengalami siksaan dan kesengsaraan (KBBI, 2014: 960)) sampai menjadi _semakin galak_, garang dan suka melawan kehendak, dan tidak mau sama sekali menerima kehadiran roh manusia yang berasal dari tumpahan surga ( _surga tumpah_ ) atau roh manusia yang seharusnya masuk neraka karena pengaruh minuman keras yang ditenggaknya _dalam botolmu_.

Dalam _tiang tanpa akhir_,  tidak terlihat rahasia apa yang ada di atasnya ( _tanpa apa di atasnya_), tetapi apabila aku dapat memahami rahasia apa yang ada di dalamnya, _ah betapa kecilnya kau jauh di bawah kakiku_, yang _kau_ nikmati di dunia itu sebenarnya tidak ada apa-apanya _jauh di bawah kakiku_ dan tidak dapat dibandingkan dengannya.

_Silakan baca lebih dalam di buku saya_

Thomas Christian W., M.Pd blogspot

Komentar