EDISI APRESIASI PUISI KONTEMPORER @ MAHMUD HIDAYAT *COLONNES SANS FIN* SUTARDJI CALZOUM BACHRI

Tiang tanpa akhir tanpa apa di atasnya tiang tanpa topang tanpa apa di atasku tiang tanpa akhir tanpa duka lukaku tiang tanpa siang tanpa malam tanpa waktu tiang tanpa akhir menuju ke mana kau dan aku yang langit koyak yang surga tumpah karena tinggi tikammu luka terhenyak neraka semakin galak dalam botolmu tiang tanpa akhir ah betapa kecilnya kau jauh di bawah kakiku Tiang (tonggak) adalah “kiasan sesuatu yag menjadi pokok kekuatan, penghidupan, dsb.” (KBBI, 2014: 1459). Dikatakan dalam puisi tersebut bahwa pokok kekuatan (penghidupan, dsb.) itu _tanpa akhir_ (“Colonnes Sans Fin”), tanpa ujung, tidak berkesudahan atau berpenghabisan sehingga tidak terlihat apa yang ada di atasnya ( _tanpa apa di atasnya_ ) dan tidak tahu rahasia apa yang ada di dalamnya. Akan tetapi, penghidupan ( _tiang_ ) tanpa fungsi penyokong atau penunjang ( _topang_ ) kehidupan akan membuat aku kehilangan harapan atau tujuan hidup ( _tanpa apa di atasku_ ) sehingga tidak ada lagi _...

SIAPA BILANG HARTA TIDAK DIBAWA MATI ??

**

Haji Usman, pemilik salah satu usaha batik dan olahan texstil terkemuka di Yogyakarta, memang dikenal masyarakat atas kedermawanannya, seakan harta telah begitu tak berharga baginya.
Seakan dunia telah begitu hina di matanya.
Inilah mungkin sosok nyata orang yg dunia di tangannya dan akhirat di hatinya.

Maka beberapa orang pengusaha muda yg bersemangat mendatangi beliau.

"Ajarkan pada kami Ji, bagaimana caranya agar kami seperti haji Usman."
"Bisa bisnis maju sukses, tidak cinta pada harta dan tidak sayang pada kekayaan.. hingga seperti haji Usman, *bersadaqah terasa ringan"*
*"Wah"*, sahut Haji Usman tertawa,
*"Antum salah alamat !"*
*"Lho ?"*
"Lha iya... kalian datang pada orang yg salah. Lha saya ini *SANGAT SAYANG JG MENCINTAI HARTA SAYA."*
*"Saya ini sangat mencintai Aset yg saya miliki "*!!!
"Lho ?"
"Kok lho?? Lha sebab saking cinta dan sayangnya saya pada harta, *SAMPAI-SAMPAI SAYA TIDAK RELA MENINGGALKAN HARTA SAYA DI DUNIA INI."*
*"AKAN SAYA BAWA MATI DIKUBUR DENGAN HARTA BISNIS SAYA.."*
"Saya *TIDAK MAU BERPISAH* dengan kekayaan saya."
Makanya sementara ini saya titip-titipkan dulu :
*"TITIP pada Masjid."*
*"TITIP pada anak Yatim."*
*"TITIP pada Fakir miskin."*
*"TITIP pada Madrasah."*
*"TITIP pada Pesantren."*
*'TITIP pada pejuang fii sabilillah."*
*"TITIP pada Guru2 Agama."*
*"TITIP pada Karyawan yg rajin Ibadah."*
*"TITIP pada sodara dan karyawan yg dirawat sakit."*

*"Alhamdulillah ada yg berkenan mau dititipi, saya senang sekali."*
*"Alhamdulillah ada yg sudi diamanati, saya bahagia sekali."*
*"Insya Allah DI AKHIRAT NANTI SAYA BISA AMBIL LAGI, TITIPAN SAYA."*

"Saya ingin kekayaan saya itu *DAPAT SAYA NIKMATI BERLIPAT-LIPAT di ALAM KUBUR dan di AKHIRAT"*

Jadi..! Siapa bilang harta tdk dibawa mati ?
*HARTA ITU DIBAWA MATI !!*

Caranya ?

*JANGAN BAWA SENDIRI...*
Minta tolong *dibawakan oleh anak Yatim, Fakir miskin, orang-orang yg berjuang di jalanNYA dll.*
Karena anak dan keluarga sy cuma kasih kain kafan putih saja ketika sy sdh meninggal nanti.

Semoga menjadi renungan kita para sahabat yg soleh dan solehah.

Komentar