EDISI APRESIASI PUISI KONTEMPORER @ MAHMUD HIDAYAT *COLONNES SANS FIN* SUTARDJI CALZOUM BACHRI

Tiang tanpa akhir tanpa apa di atasnya tiang tanpa topang tanpa apa di atasku tiang tanpa akhir tanpa duka lukaku tiang tanpa siang tanpa malam tanpa waktu tiang tanpa akhir menuju ke mana kau dan aku yang langit koyak yang surga tumpah karena tinggi tikammu luka terhenyak neraka semakin galak dalam botolmu tiang tanpa akhir ah betapa kecilnya kau jauh di bawah kakiku Tiang (tonggak) adalah “kiasan sesuatu yag menjadi pokok kekuatan, penghidupan, dsb.” (KBBI, 2014: 1459). Dikatakan dalam puisi tersebut bahwa pokok kekuatan (penghidupan, dsb.) itu _tanpa akhir_ (“Colonnes Sans Fin”), tanpa ujung, tidak berkesudahan atau berpenghabisan sehingga tidak terlihat apa yang ada di atasnya ( _tanpa apa di atasnya_ ) dan tidak tahu rahasia apa yang ada di dalamnya. Akan tetapi, penghidupan ( _tiang_ ) tanpa fungsi penyokong atau penunjang ( _topang_ ) kehidupan akan membuat aku kehilangan harapan atau tujuan hidup ( _tanpa apa di atasku_ ) sehingga tidak ada lagi _...

Jangan lewatkan GOLDEN MOMENT bersama ANAK-ANAK & KELUARGAmu

Seorang manager yang memiliki gaji 100 juta perbulan tengah berdiri di tepi pantai dan memandang ke arah laut, ketika seorang nelayan merapatkan perahunya.

Manager itu bertanya :
Berapa lama waktu yang anda habiskan untuk menangkap ikan sebanyak ini?

“Tidak lama, cukup 5 jam,” jawab nelayan.

“Mengapa tidak pergi lebih lama lagi dan menangkap lebih banyak lagi ?”

“Ini sudah cukup buat keluargaku.”

“Apa yang Anda lakukan diluar menangkap ikan?”

“Bermain dengan anak-anakku, tidur siang, makan siang bersama keluargaku, mengantar dan jemput anak ke sekolah, bermain gitar, ngobrol dengan teman-temanku, ya, hidup yang begitu kunikmati.”

“Aku punya ide untuk membantumu,” ujar si manager.

“Aku lulusan master dari Amerika,Saranku, habiskan waktumu lebih banyak utk menanggkap ikan, beli perahu yang lebih besar, dapat lebih banyak uang, beli lagi beberapa perahu.’

Jangan jual ikan keperantara, jual langsung ke pengolahan sampai Anda memiliki pabrik sendiri.
Kendalikan produk, distribusi dan produksinya.
Setelah itu anda pindah ke kota besar, kemudian ke luar negeri untuk mengembangkan usaha ini.”

“Menarik,Tapi berapa lama waktu yg dibutuhkan supaya aku bisa seperti itu?” tanya nelayan mulai tertarik.

“Lima belas tahun paling cepat. Dua puluh tahun paling lambat,” jawab si manager.

“Setelah itu pak, Pak ?”

“Inilah bagian yang paling menarik,
Anda bisa menjual saham perusahaan di bursa dan menghasilkan uang miliaran.”

“Wah, miliaran ya.
Lalu apa setelah itu Pak?”

“Lalu, Anda bisa istirahat dan pulang ke rumah.
Pindah ke desa kecil di tepi laut, memancing, bermain dengan anak-anak, tidur siang, makan bersama istri, mengantar anak ke sekolah,  bermain gitar serta ngobrol dengan teman2 dekat.

Oooooooh..

kalau TUJUAN AKHIR nya cuma itu, sekarang SAYA SUDAH MENDAPATKAN apa yang SAYA INGINkan,

Kalau menunggu 20 tahun lagi, anak-anak saya sudah besar, 
jadi gak mungkin lagi saya bermain dan mengantar mereka ke sekolah sahut si nelayan sambil meninggalkan manager yg kebingungan.

Pesan si Nelayan :
Jangan lewatkan GOLDEN MOMENT bersama ANAK-ANAK & KELUARGAmu.
Karena HAL INDAH  ini TIDAK AKAN TERULANG  DUA KALI.....

Komentar