EDISI APRESIASI PUISI KONTEMPORER @ MAHMUD HIDAYAT *COLONNES SANS FIN* SUTARDJI CALZOUM BACHRI

Tiang tanpa akhir tanpa apa di atasnya tiang tanpa topang tanpa apa di atasku tiang tanpa akhir tanpa duka lukaku tiang tanpa siang tanpa malam tanpa waktu tiang tanpa akhir menuju ke mana kau dan aku yang langit koyak yang surga tumpah karena tinggi tikammu luka terhenyak neraka semakin galak dalam botolmu tiang tanpa akhir ah betapa kecilnya kau jauh di bawah kakiku Tiang (tonggak) adalah “kiasan sesuatu yag menjadi pokok kekuatan, penghidupan, dsb.” (KBBI, 2014: 1459). Dikatakan dalam puisi tersebut bahwa pokok kekuatan (penghidupan, dsb.) itu _tanpa akhir_ (“Colonnes Sans Fin”), tanpa ujung, tidak berkesudahan atau berpenghabisan sehingga tidak terlihat apa yang ada di atasnya ( _tanpa apa di atasnya_ ) dan tidak tahu rahasia apa yang ada di dalamnya. Akan tetapi, penghidupan ( _tiang_ ) tanpa fungsi penyokong atau penunjang ( _topang_ ) kehidupan akan membuat aku kehilangan harapan atau tujuan hidup ( _tanpa apa di atasku_ ) sehingga tidak ada lagi _...

MATERI PENCITRAAN PUISI


Pencitraan Puisi
1.Pengertian pencitraan
Pencitraan adalah gambaran angan yang bermanfaat dalam pemahaman puisi yang acuan maknanya bersifat indrawi (panca indra). Citraan memungkinkan kita untuk mencitrakan atau membayangkan sesuatu dengan kata-kata.
2. Macam- macam pencitraan
a.Citraan penglihatan
b.Citraan pendengaran
c.Citraan rasa (pengecap)
d.Citraan peraba
e.Citraan gerak
f.Citraan penciuman
3. Contoh
a. Citraan penglihatan, adalah pencitraan yang berhubungan dengan indra penglihatan, contohnya "sambal tomat pada mata" larik tersebut termasuk citraan atau imaji penglihatan, karena pada struktur kata nya seolah olah sambal tomat tersebut ada pada mata.
b. Citraan pendengaran merupakan citraan atau pengimajian yang berhubungan dengan indra pendengaran, contohnya "seruling dipasir ipis, merdu“. Termasuk imaji pendengaran karena seolah terdengar seruling merdu.
c. Citraan rasa atau lidah (pengecap) adalah citraan atau pengimajian yang berhubungan dengan indra pengecap, contohnya "pahit nya rumput rumput pasir“. Kata pahit dapat dirasakan dengan lidah namun memiliki arti tersendiri.


d. Citraan peraba (rabaan) adalah citraan atau pengimajian yang berhubungan dengan indra peraba, contohnya "kurasakan hangatnya mentari hijau", segara hal yang berhubungan dengan perabaan (kulit).

e. Citraan gerak (gerakan) adalah citraan atau imaji yang berhubungan dengan indra penggerak, contoh “ rumput yang sedang menari- nari karena hembusan angin”, rumput yang bergerak diibaratkan menari.

f. Citraan penciuman adalah citraan yang berhubungan dengan indra penciuman. contohnya "wanginya mengusik jiwa" yang termasuk imaji penciuman.

4. Contoh puisi berkenaan dengan pencitraan
Pembawa matahari
Sore itu aku duduk, membaca buku laut dan gelombang
Mendengarkan kisah dari jauh namun dekat
Bendera petang hampir kumal
Dan jarum hari mulai menjahit sepi
Membentangkan malam.
Nyanyian-nyanyian tak semerdu dulu lagi
Tapi masa kanak-kanakku memasang lagi telinganya
Hingga percakapan-percakapan butir pasir bisa terdengar
Bersama kegaiban ratusan malaikat
(Hadi, 2002:44)
Citraan dalam puisi
a. Mendengarkan kisah dari jauh namun dekat (citraan pendengaran)
àSeolah- olah mendengarkan sesuatu
b. Bendera petang hampir kumal (citraan penglihatan)
àPetang dapat dilihat oleh panca indra
c. Hingga percakapan-percakapan butir pasir bisa terdengar (citraan pendengaran)
à seolah- olah mendengarkan percakapan
BAHASA LANGIT
Puisi Hanifah Nadya Kartika

Gumpalan awan di langit biru
Bercerita kisah kita
Saat deras hujan bagai air mata
Dan cerah mentari jadi wajah kita

Warna pelangi di langit biru
Hanya jadi saksi bisu
Saksi kisah perjalananku denganmu
Saat perbedaan jadi keindahan

Langit pun berbahasa
Dan bersenandung ria
Lantunkan lagu rindu antara engkau dan aku
Oh Sahabat…

Langit pun berbahasa
Tanda bersuka cita
Sambut esok dimana kita kan slalu bersama
Selamanya…

Dan dengarlah, dengarlah slalu
Itulah semua tentang kita,
cerita bahasa langit…
Latihan...
BINTANG UNTUK SAHABAT
Oleh Siti Halimah
Malam nan suci dan sepi,
menarikku untuk keluar dari rumah.
Kupandangi Langit malam...
Ternyata bertaburkan Bintang yang tak terhitung jumlahnya.
Andaikan ku seorang Bidadari,
Kan kubawa diriku dan sahabatku untuk menari diatas sana.
Kuraih sebuah Bintang terindah,
dan kupersembahkan untuk sahabatku yang selalu menemaniku.

Komentar