EDISI APRESIASI PUISI KONTEMPORER @ MAHMUD HIDAYAT *COLONNES SANS FIN* SUTARDJI CALZOUM BACHRI

Tiang tanpa akhir tanpa apa di atasnya tiang tanpa topang tanpa apa di atasku tiang tanpa akhir tanpa duka lukaku tiang tanpa siang tanpa malam tanpa waktu tiang tanpa akhir menuju ke mana kau dan aku yang langit koyak yang surga tumpah karena tinggi tikammu luka terhenyak neraka semakin galak dalam botolmu tiang tanpa akhir ah betapa kecilnya kau jauh di bawah kakiku Tiang (tonggak) adalah “kiasan sesuatu yag menjadi pokok kekuatan, penghidupan, dsb.” (KBBI, 2014: 1459). Dikatakan dalam puisi tersebut bahwa pokok kekuatan (penghidupan, dsb.) itu _tanpa akhir_ (“Colonnes Sans Fin”), tanpa ujung, tidak berkesudahan atau berpenghabisan sehingga tidak terlihat apa yang ada di atasnya ( _tanpa apa di atasnya_ ) dan tidak tahu rahasia apa yang ada di dalamnya. Akan tetapi, penghidupan ( _tiang_ ) tanpa fungsi penyokong atau penunjang ( _topang_ ) kehidupan akan membuat aku kehilangan harapan atau tujuan hidup ( _tanpa apa di atasku_ ) sehingga tidak ada lagi _...

KEBENCIAN VS PENGETAHUAN

Hot News:

ORMAS RADIKAL vs PERGURUAN TINGGI

KEBENCIAN vs PENGETAHUAN

*ADU DOMBA vs CINTA*

Aksi Kebangsaan Pimpinan Perguruan Tinggi se - Indonesia tanggal 25 - 26 September di Bali, membuat kelompok kelompok radikal dan orang-orang kuat yang jadi backing mereka seketika tersentak kaget.

Tidak ada yang menyangka 3.000 an pimpinan perguruan tinggi dari berbagai bidang ilmu sosial, kesehatan, teknik, kelautan, kehutanan, pertanian, ekonomi, pembangunan, hingga sekitar 400 lebih pimpinan perguruan tinggi Islam, bisa berembuk sehari semalam dan menghasilkan sikap bersama *Perguruan Tinggi se-Indonesia untuk melawan Radikalisme dan Intoleransi.*

Mengumpulkan ribuan orang bergelar Profesor, Doktor, Magister dari berbagai bidang Ilmu, berbagai perguruan tinggi mulai dari UGM, IPB, hingga perguruan tinggi agama dari UIN, IAIN, STAIN, STAI bertemu dan berembuk bersama dengan perguruan tinggi Budha, Hindu dan Kristen. Dari perguruan tinggi teknik hingga kebidanan, dari ekonomi hingga pelayaran, dari ilmu pasti hingga seni. Lengkap!! Luar biasa!! Mengumpulkannya saja tidak mudah, apalagi menyatukan sikap mereka.

Hebatnya lagi, gagasan ini bukan lahir dari pemerintah tetapi diinisiasi oleh 155 Pimpinan Perguruan Tinggi yang menjadi Steering Committee [Panitia Pengarah],  yang kemudian menghadap Presiden RI pada tanggal 25 Agustus 2017 untuk mengundang Presiden Jokowi dapat hadir dalam Deklarasi.

Kubu penyebar kebencian, hoax, adu domba SARA tersentak kaget. Mereka terguncang, kaget bingung dan tidak menyangka bahwa kebencian yang mereka sebarkan bukannya berhasil memecah belah tetapi justru menyatukan, adu domba yang diharap bisa membuat orang saling membenci dalam prakteknya, justru membuat ribuan pimpinan perguruan tinggi berjalan bergandengan tangan. Bersatu. Bergotong royong.

Walaupun perguruan tinggi bukanlah korps tapi mereka punya solidaritas yang sangat kuat, punya jaringan dalam dan luar negeri, serta punya lebih dari 25 juta mahasiswa-intelektual. Sebuah kekuatan yang luar biasa dahsyatnya.

Sekarang situasi sudah head to head antara ormas-ormas radikal dan intoleran yang gemar konvoi motor sambil menyebar caci maki kebencian vs perguruan tinggi yang menjadi kawah candra di muka bagi ilmu pengetahuan dengan jutaan intelektual muda di dalamnya.

Kalau ditanya, di mana rakyat berpihak? Pasti rakyat akan memilih berpihak di perguruan tinggi yang di dalamnya ada ribuan ahli beragam ilmu, termasuk ahli-ahli ilmu agama, yang mempelajari masing-masing ilmu itu bukan cuma satu dua bulan, tapi puluhan tahun di dalam dan luar negeri, dengan ribuan buku dan pengalaman empirik yang menjadi referensi ilmunya.***

Salam Pancasila
Salam Kebajikan,

#lawanradikalisme
#lawanintoleransi
#lawankebencian
#untukNKRIyangAmanAdilMakmur

Bantu sebar luaskan pesan ini. Terima kasih.

Komentar