EDISI APRESIASI PUISI KONTEMPORER @ MAHMUD HIDAYAT *COLONNES SANS FIN* SUTARDJI CALZOUM BACHRI

Tiang tanpa akhir tanpa apa di atasnya tiang tanpa topang tanpa apa di atasku tiang tanpa akhir tanpa duka lukaku tiang tanpa siang tanpa malam tanpa waktu tiang tanpa akhir menuju ke mana kau dan aku yang langit koyak yang surga tumpah karena tinggi tikammu luka terhenyak neraka semakin galak dalam botolmu tiang tanpa akhir ah betapa kecilnya kau jauh di bawah kakiku Tiang (tonggak) adalah “kiasan sesuatu yag menjadi pokok kekuatan, penghidupan, dsb.” (KBBI, 2014: 1459). Dikatakan dalam puisi tersebut bahwa pokok kekuatan (penghidupan, dsb.) itu _tanpa akhir_ (“Colonnes Sans Fin”), tanpa ujung, tidak berkesudahan atau berpenghabisan sehingga tidak terlihat apa yang ada di atasnya ( _tanpa apa di atasnya_ ) dan tidak tahu rahasia apa yang ada di dalamnya. Akan tetapi, penghidupan ( _tiang_ ) tanpa fungsi penyokong atau penunjang ( _topang_ ) kehidupan akan membuat aku kehilangan harapan atau tujuan hidup ( _tanpa apa di atasku_ ) sehingga tidak ada lagi _...

SINGKATAN, AKRONIM, ANGKA, DAN LAMBANG BILANGAN

A.SINGKATAN
singkatan adalah pemendekkan kata dengan cara menggabungkan satu atau lebih huruf pada awal kata yang kemudian digabungkan dari beberapa kata. Singkatan dibaca berdasarkan bunyi asli hurufnya.
CIRI-CIRI SINGKATAN
1. Pada singkatan, penulisan disertai oleh tanda titik di antara huruf ataupun di akhir huruf sesuai aturannya, kecuali penulisan nama lembaga/organisasi dan surat resmi.
Contoh :
R.A. (Raden Ajeng)
S.H. (Sarjana Hukum)
Bpk. (bapak)

2. Pada singkatan, pembacaan ejaannya dilakukan dengan membaca atau mengeja huruf per huruf sesuai dengan bunyi asli huruf tersebut. Contoh : SMA (Sekolah Menengah Atas)
DPR (Dewan Perwakilan Rakyat)
KTP (Kartu Tanda Penduduk)
HP (Hand Phone)
PPN (Pajak Pertambahan Nilai)

3. Untuk semua yang berkenaan dengan lembaga atau organisasi Pemerintahan/Negara, termasuk dokumen resmi negara, maka penulisan semua hurufnya harus huruf kapital. 
Contoh :
    MPR (Majelis Permusyarawatan Rakyat)
    APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah)
    TVRI (Televisi Republik Indonesia)

4.  Untuk semua yang berkaitan dengan nama orang baik itu jabatan, gelar, pangkat, alias/sapaan, ditulis dengan huruf kapital pada huruf pertamanya. Contoh :
    Ir. Basuki Ismail
    Sdr. (Saudara) Adelina Puspita
    Dian Anggraini, S.E.
    Kol. (Kolonel) Suripto

5. Untuk yang bersifat umum, ditulis dengan huruf kecil.
Contoh :
    a.l. (antara lain)
    s.d. (sampai dengan)
    hlm. (halaman)
    dll. (dan lain lain)
    ybs. (yang bersangkutan)
    Yth. (Yang terhormat)

B. AKRONIM
Akronim adalah  gabungan huruf awal atau suku kata awal dari beberapa kata yang kemudian diperlakukan sebagai kata atau dengan kata lain akronim dapat dibaca langsung.
CIRI-CIRI AKRONIM
1. Dari segi penggunaan tanda baca titik, pada akronim, penulisan tanpa disertai tanda titik sama sekali. Contoh :
        ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia)
        SIM (Surat Ijin Mengemudi)
        IKIP (Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan)
        humas (hubungan masyarakat)
        rusun (rumah susun)
        ruko (rumah toko)

2. Dari pengejaan hasil penyingkatannya, pada akronim, kita bisa membaca penyingkatan kata secara langsung seperti layaknya membaca sebuah kata yang baru terbentuk. Contoh :
        Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu)
        Hardiknas (Hari Pendidikan Nasional)
        ormas (organisasi masyarakat)
        raker (rapat kerja)
        rudal (peluru kendali)

3. Penggunaan Huruf Kapital Untuk nama organisasi atau lembaga jika gabungan tersebut terdiri dari huruf-huruf, maka semua huruf ditulis dalam huruf kapital. Contoh :
            LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia)
            PASI (Pasukan Atletik Seluruh Indonesia)
            KPK (Komisi Pemberantas Korupsi)
            PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia)
            MA (Mahkamah Agung)
            KPU (Komisi Pemilihan Umum)
4. Untuk nama organisasi atau badan yang berupa campuran gabungan suku kata dan huruf, ditulis dengan huruf kapital pada huruf awalnya saja. Contoh :
     Bappenas (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional)
     Iwapi (Ikatan Pengusaha Wanita Indonesia)
     Harkitnas (Hari Kebangkitan Nasional)
     Bulog (Badan Urusan Logistik)
5. Untuk yang bukan nama badan atau organisasi, maka penulisannya cukup dengan huruf kecil semua. Contoh :
            pemilu (pemilihan umum)
            jurdil (jujur dan adil)
            rapim (rapat pimpinan)

C. ANGKA
Angka dipakai sebagai lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.
Angka Arab                  : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
Angka Romawi         : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M (1.000), V (5.000), M (1.000.000)

D. BILANGAN
Bilangan dapat dinyatakan dengan angka atau kata.
CIRI-CIRI BILANGAN
1. Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf, kecuali jika bilangan itu dipakai secara berurutan seperti dalam perincian atau paparan.
Misalnya:
1.Mereka menonton drama itu sampai tiga kali.
2.Koleksi perpustakaan itu mencapai dua juta buku.
3.Di antara 72 anggota yang hadir 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju, dan 5 orang tidak memberikan suara.
4.Kendaraan yang dipesan untuk angkutan umum terdiri atas 50 bus, 100 minibus, dan 250 sedan

2. Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf, jika lebih dari dua kata, susunan kalimat diubah agar bilangan yang tidak dapat ditulis dengan huruf itu tidak ada pada awal kalimat.
Misalnya:
Lima puluh siswa kelas 6 lulus ujian.
Panitia mengundang 250 orang peserta.
Bukan:
250 orang peserta diundang Panitia dalam seminar itu

3. Angka yang menunjukkan bilangan utuh besar dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca.
Misalnya:
Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 550 miliar rupiah.
Dia mendapatkan bantuan Rp250 juta rupiah untuk mengembangkan usahanya.
Proyek pemberdayaan ekonomi rakyat itu memerlukan biaya Rp10 triliun.

4. Angka digunakan untuk menyatakan (a) ukuran panjang, berat, luas, dan isi; (b) satuan waktu; (c) nilai uang; dan (d) jumlah.
Misalnya:
0,5 sentimeter                  tahun 1928
5 kilogram                          17 Agustus 1945
4 meter persegi                1 jam 20 menit
10 liter                                  pukul 15.00
Rp5.000,00                          10 persen
US$ 3,50*                            27 orang
£5,10*                                   ¥100
2.000 rupiah

Catatan:
(1) Tanda titik pada contoh bertanda bintang (*) merupakan tanda desimal.
(2) Penulisan lambang mata uang, seperti Rp, US$, £, dan ¥ tidak diakhiri dengan tanda titik dan tidak ada spasi antara lambang itu dan angka yang mengikutinya, kecuali di dalam tabel.

5. Angka digunakan untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar.
Misalnya:
Jalan Tanah Abang I No. 15 Jalan Wijaya No. 14 Apartemen No. 5
Hotel Mahameru, Kamar 169

6. Angka digunakan untuk menomori bagian karangan atau ayat kitab suci.
Misalnya:
Bab X, Pasal 5, halaman 252
Surah Yasin: 9

7. Penulisan bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.
a. Bilangan utuh
Misalnya:
dua belas             (12)
tiga puluh            (30)
lima ribu               (5000)

B. Bilangan pecahan
Misalnya:
setengah                            (1/2)
seperenam belas             (1/16)
tiga perempat                   (3/4)
dua persepuluh                (0,2) atau (2/10)
tiga dua pertiga                (3 2/3)
satu persen                        (1%)
satu permil                        (1o/oo)

Catatan:
(1) Pada penulisan bilangan pecahan dengan mesin tik, spasi digunakan di antara bilangan utuh dan bilangan pecahan.
(2) Tanda hubung dapat digunakan dalam penulisan lambang bilangan dengan huruf yang dapat menimbulkan salah pengertian.
Misalnya:
20 2/3                   (dua puluh dua-pertiga)
22/30                    (dua-puluh-dua pertiga puluh)
20 15/17               (dua puluh lima-belas pertujuh belas)
150 2/3                 (seratus lima puluh dua-pertiga)
152/3                     (seratus-lima-puluh-dua pertiga)

8. Penulisan bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut.
Misalnya:
(1) pada awal abad XX (angka Romawai kapital)
  dalam kehidupan pada abad ke-20 ini (huruf dan angka Arab)
  Pada awal abad kedua puluh (huruf)
(2) kantor di tingkat II gedung itu (angka Romawi)
  di tingkat ke-2 gedung itu (huruf dan angka Arab)
  di tingkat kedua gedung itu (huruf)
9. Penulisan bilangan yang mendapat akhiran -an mengikuti cara berikut. (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, huruf A, nomor 5).
Misalnya:
lima lembar uang 1.000-an           (lima lembar uang seribuan)
tahun 1950-an                                   (tahun seribu sembilan ratus lima puluhan)
uang 5.000-an                                   (uang lima-ribuan)

10. Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks (kecuali di dalam dokumen resmi, seperti akta dan kuitansi).
Misalnya:
Di lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah.
Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai.
Rumah itu dijual dengan harga Rp125.000.000,00.

11. Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat.
Misalnya:
Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp900.500,50 (sembilan ratus ribu lima ratus rupiah lima puluh sen).
Bukti pembelian barang seharga Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) ke atas harus dilampirkan pada laporan pertanggungjawaban.
Dia membeli uang dolar Amerika Serikat sebanyak $5,000.00 (lima ribu dolar).

Catatan:
(1) Angka Romawi tidak digunakan untuk menyatakan jumlah.
(2) Angka Romawi digunakan untuk menyatakan penomoran bab (dalam terbitan atau produk perundang-undangan) dan nomor jalan.
(3) Angka Romawi kecil digunakan untuk penomoran halaman sebelum Bab I dalam naskah dan buku.

Komentar