EDISI APRESIASI PUISI KONTEMPORER @ MAHMUD HIDAYAT *COLONNES SANS FIN* SUTARDJI CALZOUM BACHRI

Tiang tanpa akhir tanpa apa di atasnya tiang tanpa topang tanpa apa di atasku tiang tanpa akhir tanpa duka lukaku tiang tanpa siang tanpa malam tanpa waktu tiang tanpa akhir menuju ke mana kau dan aku yang langit koyak yang surga tumpah karena tinggi tikammu luka terhenyak neraka semakin galak dalam botolmu tiang tanpa akhir ah betapa kecilnya kau jauh di bawah kakiku Tiang (tonggak) adalah “kiasan sesuatu yag menjadi pokok kekuatan, penghidupan, dsb.” (KBBI, 2014: 1459). Dikatakan dalam puisi tersebut bahwa pokok kekuatan (penghidupan, dsb.) itu _tanpa akhir_ (“Colonnes Sans Fin”), tanpa ujung, tidak berkesudahan atau berpenghabisan sehingga tidak terlihat apa yang ada di atasnya ( _tanpa apa di atasnya_ ) dan tidak tahu rahasia apa yang ada di dalamnya. Akan tetapi, penghidupan ( _tiang_ ) tanpa fungsi penyokong atau penunjang ( _topang_ ) kehidupan akan membuat aku kehilangan harapan atau tujuan hidup ( _tanpa apa di atasku_ ) sehingga tidak ada lagi _...

PENULISAN SALAM

                                                               Dalam surat-surat resmi sering digunakan tulisan salam dengan menggunakan bahasa Arab yang ditulis dengan huruf Latin. Bagaimana penulisan ucapan salam tersebut? Penulisannya mengikuti aturan ejaan bahasa Indonesia  atau  aturan  transliterasi  Arab-Latin?  Apakah kata „alaikum ditulis dengan tanda apostrof atau tidak? Apakah ucapan salam itu ditulis dengan huruf miring atau tidak? Jawabannya sudah jelas. Ucapan salam tersebut bukan bahasa Indonesia meskipun ditulis de-ngan huruf Latin. Oleh karean itu, penulisannya mengikuti kaidah transliterasi  Arab-Latin.  Ucapan  salam  ditulis  dengan tanda apostrof dan dengan huruf miring. Jadi, tulisan yang

benar      adalah      _assālamu‘alaikum      warahmatullāhi wabarakātuh_. _Seri Penyuluhan Bahasa Ejaan_, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Jakarta)

Thomas Christian W., M.Pd

Komentar